D |
ia yang selalu memberi cerita menariknya. Dia yang selalu mengatakan keluhannya padaku. Dia yang selalu tersenyum padaku. Dia yang selalu mengadu padaku jika ia diganggu orang. Dia yang selalu memarahiku jika aku salah perkiraan. Dia salah satu orang yang kusayangi. Teringat akan satu cerita curahan cinta dan kasih sayangnya yang ia berikan pada sebuah tanaman kecambah kacang hijau. Ingat pada kecambah kacang hijau! Hanya itu.
“Wah, panjang bener nih tauge?!” kening Sanyi berkerut.
“Ia nih!”dia menyahut. Gadis cantik yang kusayangi.
“Apa resepnya?”
“Cuma C-I-N-T-A koq!”
“Hah…! Cinta???” kening Sanyi berkerut lagi. “Bisa sampai sepanjang ini Cuma karena cinta? Ini sih kadar cintanya udah luar biasa. 10 cm hanya dalam 1 malam. Gila bo’!”
Aku hanya tersenyum geli melihat tingkah mereka. Padahal itu adalah masa etiolasi tanaman, dimana tanaman yang kurang atau tidak mendapat pencahayaan tumbuhnya lebih cepat atau lebih panjang. Yeah…, ada-ada saja mereka.
Tapi itu hanya kenangan yang kalau dingat hanya menyakitkan hatiku. Hati yang selama ini indah dan tak kotor, tapi dengan cerita itu hati itu cacat bahkan hampir tak bernyawa. Aku akan menemuinya besok sepulang sekolah. Dan aku akan menceritakan tentang ‘Tauge Cinta’-nya dengan semangat. Yah aku janji!
***
“Kau tahu nggak? ‘Tauge Cinta’ mu udah panjang banget! Baru 3 hari panjangnya udah 30 cm. Daunnya juga besar. Senangnya kalau lihat tauge itu.”
“Makasih ya udah jagain taugenya. Yah walaupun aku nggak bisa lihat secara langsung. Tapi aku senang koq! Daripada punya dirimu yang kuntet. Hehehe….”
“Enak aja!”Aku mencubit lengan kecilnya. Yah…dia makin kurus aja sejak dia tinggal disini. Tempat yang semuanya berbau obat. Tempat yang dijaga ketat oleh satpam, suster-suster, pegawai dan para dokter. Kalau bukan karena penyakit itu, pasti orang yang kusayangi ini tidak akan terbaring disini. Leukemia akut yang menyerangnya selama 4 tahun dan baru ku ketahui 2 tahun lalu saat kami mulai persahabatan kami dibangku kelas 1 SMA.
“Hei Fa! Koq bengong sih! Nggak biasanya aku lihat Alfa bengong?!”
“Nggak apa-apa koq Karin cantik. Aku lagi mikir aja kalau kamu nanti masuk pasti kelas bakal seru lagi deh!”
Raut wajah Karin tiba-tiba berubah.
“Fa, maaf ya kalau selama ini aku ngerepoti kamu. Aku janji deh, kalau nanti aku keluar dari sini aku nggak akan buat kamu repot lagi dengan ocehan dan tingkah lakuku.”
“Bener nih?! Bagus deh kalau gitu!
***
Apa?!
“Woi! Kalian ada yang ngerasa rusakin ‘Tauge Cinta’ nggak?”
“Nggak! Lagian mana kami tau itu tauge bisa rusak. Kami
Apaan sich?! Ada-ada aja deh jawabannya. Mana mungkin lah tidur di sekolah. Bisa-bisa digantung sama ortu. Kurang kerjaan!
Drrtt….Drrtt….Drrtt….
“Halo. Assalamu’alaikum Pak.”
“Wa’alaikumsalam. Alfa, Karin sudah….,Karin sudah….”
“Karin sudah apa Pak?” Hatiku berdegup kencang.
“Karin sudah meninggal dunia Nak?”
“Nggak Nak! Cepatlah kemari.”
“Innalillahi…Apa Bapak nggak salah?” Tiba-tiba kurasakan tubuhku lemas seakan tak mengijak bumi lagi dan butiran air kecil mengalir dari pelupuk mataku.
Aku segera memberi tahu teman-teman dan kami bergegas memberi tahu PKS kesiswaan. Setelah itu kami pergi kerumah Karin. Karena mungkin Jenazah Karin sudah dibawa pulang.
“Karin!” sesampainya disana aku langsung mendekap jenazahnya. Kuciumi pipinya dengan deraian air mata. Kini aku tahu apa makna pesannya kemarin bahwa ia tidak akan merepotkan aku lagi. Memang kau tidak merepotkanku Karin, tapi kau membuat hatiku repot dan cacat. Hilang sudah salah satu bagian hidupku. Hilang sudah semua keluhannya padaku.. Hilang sudah salah satu aset di sekolah. Dan hilang sudah ‘Tauge Cinta’….