Kamis, 21 Januari 2010

‘Tauge Cinta’

D

ia yang selalu memberi cerita menariknya. Dia yang selalu mengatakan keluhannya padaku. Dia yang selalu tersenyum padaku. Dia yang selalu mengadu padaku jika ia diganggu orang. Dia yang selalu memarahiku jika aku salah perkiraan. Dia salah satu orang yang kusayangi. Teringat akan satu cerita curahan cinta dan kasih sayangnya yang ia berikan pada sebuah tanaman kecambah kacang hijau. Ingat pada kecambah kacang hijau! Hanya itu.

“Wah, panjang bener nih tauge?!” kening Sanyi berkerut.

“Ia nih!”dia menyahut. Gadis cantik yang kusayangi.

“Apa resepnya?”

“Cuma C-I-N-T-A koq!”

“Hah…! Cinta???” kening Sanyi berkerut lagi. “Bisa sampai sepanjang ini Cuma karena cinta? Ini sih kadar cintanya udah luar biasa. 10 cm hanya dalam 1 malam. Gila bo’!”

Aku hanya tersenyum geli melihat tingkah mereka. Padahal itu adalah masa etiolasi tanaman, dimana tanaman yang kurang atau tidak mendapat pencahayaan tumbuhnya lebih cepat atau lebih panjang. Yeah…, ada-ada saja mereka.

Tapi itu hanya kenangan yang kalau dingat hanya menyakitkan hatiku. Hati yang selama ini indah dan tak kotor, tapi dengan cerita itu hati itu cacat bahkan hampir tak bernyawa. Aku akan menemuinya besok sepulang sekolah. Dan aku akan menceritakan tentang ‘Tauge Cinta’-nya dengan semangat. Yah aku janji!

***

“Kau tahu nggak? ‘Tauge Cinta’ mu udah panjang banget! Baru 3 hari panjangnya udah 30 cm. Daunnya juga besar. Senangnya kalau lihat tauge itu.”

“Makasih ya udah jagain taugenya. Yah walaupun aku nggak bisa lihat secara langsung. Tapi aku senang koq! Daripada punya dirimu yang kuntet. Hehehe….”

“Enak aja!”Aku mencubit lengan kecilnya. Yah…dia makin kurus aja sejak dia tinggal disini. Tempat yang semuanya berbau obat. Tempat yang dijaga ketat oleh satpam, suster-suster, pegawai dan para dokter. Kalau bukan karena penyakit itu, pasti orang yang kusayangi ini tidak akan terbaring disini. Leukemia akut yang menyerangnya selama 4 tahun dan baru ku ketahui 2 tahun lalu saat kami mulai persahabatan kami dibangku kelas 1 SMA.

“Hei Fa! Koq bengong sih! Nggak biasanya aku lihat Alfa bengong?!”

“Nggak apa-apa koq Karin cantik. Aku lagi mikir aja kalau kamu nanti masuk pasti kelas bakal seru lagi deh!”

Raut wajah Karin tiba-tiba berubah.

“Fa, maaf ya kalau selama ini aku ngerepoti kamu. Aku janji deh, kalau nanti aku keluar dari sini aku nggak akan buat kamu repot lagi dengan ocehan dan tingkah lakuku.”

“Bener nih?! Bagus deh kalau gitu! Kan aman dikit dunia. Hehehe….becanda.”

***

Apa?! Ada apa ini?! Kenapa taugenya mati?! Kemarin bagus-bagus aja nih! Padahal kan rencananya mau kubawa ke tempat Karin. Tapi kenapa bisa jadi gini?

“Woi! Kalian ada yang ngerasa rusakin ‘Tauge Cinta’ nggak?”

“Nggak! Lagian mana kami tau itu tauge bisa rusak. Kami kan nggak tidur sini tadi malam.”

Apaan sich?! Ada-ada aja deh jawabannya. Mana mungkin lah tidur di sekolah. Bisa-bisa digantung sama ortu. Kurang kerjaan!

Drrtt….Drrtt….Drrtt….

“Halo. Assalamu’alaikum Pak.”

“Wa’alaikumsalam. Alfa, Karin sudah….,Karin sudah….”

“Karin sudah apa Pak?” Hatiku berdegup kencang.

“Karin sudah meninggal dunia Nak?”

“Nggak Nak! Cepatlah kemari.”

“Innalillahi…Apa Bapak nggak salah?” Tiba-tiba kurasakan tubuhku lemas seakan tak mengijak bumi lagi dan butiran air kecil mengalir dari pelupuk mataku.

Aku segera memberi tahu teman-teman dan kami bergegas memberi tahu PKS kesiswaan. Setelah itu kami pergi kerumah Karin. Karena mungkin Jenazah Karin sudah dibawa pulang.

“Karin!” sesampainya disana aku langsung mendekap jenazahnya. Kuciumi pipinya dengan deraian air mata. Kini aku tahu apa makna pesannya kemarin bahwa ia tidak akan merepotkan aku lagi. Memang kau tidak merepotkanku Karin, tapi kau membuat hatiku repot dan cacat. Hilang sudah salah satu bagian hidupku. Hilang sudah semua keluhannya padaku.. Hilang sudah salah satu aset di sekolah. Dan hilang sudah ‘Tauge Cinta’….

is it wrong if I LOVE YOU more than myself...???

Bismillah…

Terbesit dipikiranku setiap kali aku terbangun dari tidurku, begitu juga yang terjadi tadi pagi. Selalu dan selalu ada keinginanku untuk mencium kening,pipi, dan punggung tangannya, memeluk dan mengatakan bahwa aku sangat mencintainya. Tapi hal itu tak bisa kulakukan 3,5 tahun belakangan ini dikarenakan delta jarak diantara kami.

Dialah ibuku, pahlawan, motivator dan inspirasiku. Dialah guru pertamaku. Dialah yang melahirkanku, menyapih, merawat dan mendidikku tanpa kenal limit dirinya. Wanita terhebat, paling tegar n terkuat dalam hidupku. Dia juga yang siap menanggung segala penderitaan hanya untuk menjaga titipan yang Allah berikan kepadanya. Nyawaku lebih berarti baginya daripada nyawanya sendiri. Tak heran jika dalam doanya ia memintakan seluruh kebaikan untukku. Dia juga yang berpuasa untukku ketika aku menghadapi ujian atau event perlombaan. Sampai-sampai ia juga berdoa, ‘Ya Allah, jangan Engkau timpakan kepada buah hatiku penyakit-pennyakit yang dapat menghambatnya menuju keridhaan-Mu sekarang ini,,jikalau memang takdirnya untuk sakit,, timpakanlah penyakitnya hanya padaku saja’, ketika aku mendengar dia berdoa seperti itu,,hatiku seperti diremas mengetahui betapa besar kasih dan sayangnya untukku. Sementara aku, belum bisa membahagiakannya dan tak ayal mengecewakannya. Tak ku pungkiri, ketika ia marah padaku sewaktu aku kecil dan menumpahkan kekesalannya padaku, aku ingin pergi jauh darinya dan merasa aku di anak tirikan, tapi sekarang ku sadari bahwa semua kemarahannya merupakan bekal bagiku untuk menghadapi kehidupan fana ini.

Ketahuilah kawan,kita sering merasa kalau kita amat sangat membutuhkannya ketika dia jauh dari kita. Tapi yang ku herankan, kenapa ada segolongan orang yang tega membuang ibunya ke panti jompo ketika ibunya sudah uzur? Tidakkah mereka menyadari kekejaman yang mereka lakukan? Ada sebuah cerita yang selalu diceritakan oleh ayahku setelah aku dimarahi oleh ibuku(ayahku menceritakannya karena wajahku kelihatan kesal sekali), di Jepang jika seorang ibu sudah uzur, maka mereka akan dibuang ke hutan. Saat itu seorang anak sedang menggendong ibunya masuk kedalam hutan, tapi sebelum pergi, si anak keheranan kenapa ibunya membawa kampak dan ketika berjalan masuk kehutan si ibu mengampak setiap pohon yang mereka lewati. Sampai di tempat tujuan, si anak bertanya kepada ibunya,”Ibu, kenapa engkau mengampak setiap pohon yang kita lewati?”. Dengan senyum tuanya si ibu berkata, “Supaya kamu tidak tersesat ketika pulang nak!”. Hatiku terhenyak saat itu. Dan entah kenapa kawan, aku selalu menangis saat ibuku menangis. Entahlah kalau dirimu kawan.

Ada sebuah riwayat yang pernah dikatakan oleh guruku, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, “Amin, amin, amin”. Para sahabat bertanya. “Kenapa engkau berkata ‘Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : ‘Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!’, maka aku berkata : ‘Amin’. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi. ‘Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin”. [Hadits Riwayat Bazzar dalama Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 [Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah]

Ada juga fenomena yang selalu mengganjal hatiku. Tidak sedikit anak yang enggan memberikan nafkah dan perawatan kepada ibunya ketika ibunya uzur. Padahal Rasulullah berkata bahwa keberadaan kedua orang tua yang berusia lanjut itu adalah kesempatan paling baik untuk mendapatkan pahala dari Allah, dimudahkan rizki dan jembatan emas menuju surga. Tapi tak ayal ada juga anak yang menganggap ibunya hanya dibutuhkan ketika ia berjalan menuju kesuksesan atau lebih parah dari itu, yakni ketika dia kecil. Padahal walaupun dia mengorban nyawa dan seluruh harta bendanya, itu tak akan bisa melunasi semua yang telah ibunya berikan kepadanya. Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah dari hal demikian itu.

Kurasa tidak berlebihan kalau kutanamkan dalam diriku, semua yang kulakukan di dunia hanya untuk kedua orang tuaku. Karena sesungguhnya kita hidup hanya untuk menggapai ridha Allah, dan ridha Allah terletak pada ridha kedua orangtua kita. Benar kan? Dan tak berlebihan pula, jika aku berjanji pada driku sendiri bahwa aku tak akan pernah menyia-nyiakan setiap tetes peluh dari tubuhnya dan setiap tetesan air mata yang keluar dikala dia mendoakanku dalam sujudnya. Orangtuaku tak pernah memberiku uang jajan lebih seperti kebanyakan anak lainnya. Tapi kurasa aku punya kasih sayang yang lebih banyak daripada anak-anak itu.(maaf kalau ada yg tersinggung, itu kesimpulan dari data yang kumiliki kawan.^^v)

Apapun sifat dan bentuk mereka, serta segala kekurangan mereka sebagai hamba Allah, (walaupun ada orang yang tidak menyukai mereka), itulah ORANGTUAKU. Dan AKU SANGAT MENCINTAI MEREKA.

Blessed is your face
Blessed is your name
My beloved
Blessed is your smile
Which makes my soul want to fly
My beloved
All the nights
And all the times
That you cared for me(Sami Yusuf in Mother)

Allahummaghfirli waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani saghiraa. Amiin.

kupersembahkan utk wanita terindah dan terhebat dalam hidupku. I LOVE U UMMI....